Kamis, 19 April 2012

Jeamsville part 1 - Pertemuan

Kali ini saya akan menulis cerita pendek bersambung, berjudul Jeamsville. Selamat menikmati.

'Hoammm....' mulut Josh menguap lebar sekali. Alarm jam sebelah tempat tidur bergetar kencang sekali.
Hujan semalam membuat Josh tidur lelap sekali. Jendela masih berembun, hutan Gladier yang terletak di belakang rumah terlihat sunyi seperti biasanya, sedangkan di jendela satu lagi, pemandangan kota Jeamsville tak berubah sejak 9 tahun lalu pertama kali aku berkunjung ke rumah paman Bent dan bibi Celine.

'Selamat pagi Josh" , Bibi Celine memanggil dari pintu kamar yang terbuka, "Kupikir kau sangat lelah tadi malam, sampai pintumu lupa kau tutup", wajah kusut Bibi Celine berubah menjadi senyum.
"Yeah, perjalanan dari rumah kesini cukup lama, kau tahu waktu tempuh pesawat memakan 6 jam, kupikir aku akan ke Afrika!!" gerutu Josh, mulutnya manyun seperti biasa.
"Haahaha.. kupikir tidak. Kau tahu semalam pesawat tidak mendarat tepat waktu. Sudahlah, sebaiknya bereskan tempat tidurmu. Sarapan sudah siap di meja"
Bibi Celine kemudian turun melewati tangga yang ada di depan pintu kamar Josh.

Kamar loteng tempatnya tidur tidak berubah. Lantai kayu yang masih bersih, lemari kayu dengan ukiran khas Eropa, meja kaca dengan ukiran kaki, serta lampu klasik tahun 20-an. Josh pikir 9 tahun yang lalu kamar terlalu luas baginya.
Sekarang kamar tersebut masih sangat besar, "semua berubah" pikir Josh.
Yang berubah adalah dirinya sendiri yang sekarang berusia 14 tahun, rambut pirangnya bergelombang seperti paman Bent, yang merupakan adik ayahnya. Wajah Josh putih dengan bintik-bintik, mata biru kehijauan yang tajam, tinggi 5.6 kaki. Keadaan lain yang berubah adalah sepupu Josh bernama Jessica yang sekarang sudah hilang setelah tersesat di hutan Gladier 8 tahun yang lalu. Seluruh keluarganya mencari Jessica, tapi jasadnya sama sekali tidak pernah ditemukan. Jika saja Jessica masih hidup, Josh akan senang sekali memiliki teman bermain yang bisa menemani liburan sekolahnya saat ini.

"Joosh , segera turun nak, sarapanmu keburu dingin...", teriak bibi Celine dari lantai bawah.
"Ya..", sahut Josh. Josh tertatih menuju dapur yang berlokasi di lantai bawah rumah. Matanya masih mengantuk, sesekali mulutnya menguap sambil menuruni anak tangga. Pagi ini bibi menyiapkan Pie Apel hijau, Garlic bread yang renyah dan campuran jus orange dan anggur yang merupakan sajian khas bibi kala menerima tamu. Seketika Josh yang terlihat mengantuk berubaha menjadi segar setelah menikmati sarapan dari bibi. "Nyamnyam, nikmat sekali sarapan hari ini", pikir Josh.
Paman Josh yang sudah makan dari tadi, menggerutu pada bibi. "Celine, apakah kau tidak memiliki menu lain? Sejujurnya aku bosan dengan menu ini", gerutu paman Bent.
"Kau pikir memasak itu mudah, kupikir sarapan kali ini cukup spesial bagi Josh", bibi Celine mengedipkan matanya pada Josh.
"Hmm, kupikir makanan ini lezat sekali Bi, hanya saja paman Bent mungkin butuh menu baru yang lebih nikmat", jawab Josh termalu-malu.
"Ah kenapa kau tidak bilang daritadi, kebetulan paman akan memanen kebun anggur dan beberapa buah akan matang pada musim ini", Paman Josh mengepalkan tangannya kemudian menatap Josh, "Josh, pagi ini paman akan pergi ke perkebunan milik paman. Maukah kau ikut kesana? ",tanya paman .
"Ya, tentu paman, kupikir ini akan sangat menyenangkan", jawab Josh sumringah

Paman Bent, melangkahkan kakinya cepat sekali sepanjang koridor rumah. Tampak tidak terlihat bahwa dia sekarang akan berusia 50 tahun. Dia mengangkat dengan mudah semua peralatana kebunnnya. Segera setelah itu, Josh dan Paman Bent menuju perkebunan, melewati pekarangan rumahnya yang banyak ditumbuhi bunga Tromph. Jalanan setapak pagi yang menggunakan marmer hitam, tampak indah di siang hari yang semakin cerah. Rumah Paman Bent terletak berada di pinggiran kota Jeamsville. untuk sampai ke pusat kota, Paman Bent membutuhkan waktu setidaknya 30 menit berkendaraan.

Pagi itu hutan Gladier yang terletak di sebrang sungai Broomsfire, terlihat basah. Pohon-pohon pinus menjulang tinggi ke angkasa, pucuk-pucuknya terlihat rimbun basah diguyur hujan tadi malam. Lokasi kebun milik Paman Bent terletak di sisi yang bersebrangan dengan hutan Gladier. Hutan Gladier dan Kebun mengapit sungai Broomsfire dengan indah, dihubungkan dengan sebuah jembatan kayu yang tidak begitu lebar. Orang-orang Jeamsville menyebat jembatan itu sebagai jembatan Suara atau Kreemlyn. Menurut mereka, jembatan tersebut mengeluarkan suara-suara aneh di malam hari seperti terompet genderan perang, besi-besi yang tertempal, dan hewan-hewan yang kesakitan. Tidak banyak yang berani melewati jembatan Kreemlyn karena cerita tersebut terlalu melegenda. Paman Bent mengatakan pad Josh bahwasanya orang-orang Jeamsville terlalu bodoh untuk  mempercayai cerita tersebut, keindahan sungai dan pemandangan pegunungan yang tertutupi hutan gladier terlalu indah untuk dilewatkan. Josh cukup setuju dengan pendapat pamannya.
Suhu udara mulai menghangat, rumput-rumput mulai tumbuh, musim semi akan segera tiba.

Segera Josh dan paman Bent menuju kebun anggur paman Bent yang tertutupi rumah kaca. Ukuran cukup besar hampir menutupi sebagian besar bukit. Kami memetik satu persatu hingga seluruh anggur yang matang ada di keranjang besar yang dibawa paman.
Sebelum paman Bent pulang ke rumah, paman Bent mengambil beberapa bunga tromph ungu dan melemparnya diatas jembatan Kreemlyn. Paman mengatakan ada suatu kebiasaan ketika orang akan melewati jembatan ini. Dia harus menaburkan kelopak bunga Tromph ungu sebagai lambang pembawa keberuntungan. paman bilang, Orang-orang jeamsville sekarang mengatakan tradisi ini sangat konyol tapi menghormati tradisi merupakan etika yang terbaik dalam memahami budaya. Josh cukup setuju dengan pendapat itu walaupun dia akan tampak bodoh untuk mempercayai hal-hal yang tidak masuk akal di masa kini.

Josh tiba-tiba melihat gadis berkerudung hitam dengan kalung yang bersinar terang ada di balik salah satu pohon hutan Gladier dan melambaikan tangannya dua kali. Josh pikir gadis itu ingin berkenalan dengannya.
"Siapa dia ?? ", pikir Josh yan bertanya-tanya.
Gadis itu kemudian melangkah mundur masuk ke dalam hutan, hingga kemudian daun-daun rindang  pohon Gladier menutupi seluruh keberadaan dirinya.
Kemudian jembatan Kreemlyn mengeluarkan suara dentuman sangat keras.
Paman Bent menggenggam penahan jembatan yang ada disampingnya. Jembatan bergoyang begitu keras di siang itu.
"Josh pegang  jembatan erat-erat", teriak paman
Josh tak kuasa menahan ayunan jembatan yang luar biasa mengguncang keseimbangannya. Tangannya terlalu lemah untuk menahan pegangan. Paman bent menggenggam erat tangan Josh sehingga mereka terselamatkan, hingga beberapa detik kemudian jembatan berhenti bergoyang.

"Paman, apa yang terjadi saat ini. Kenapa jembatan bergoyang begitu keras??!"
"tampaknya gempa melanda lagi kota ini, tak kukira akan sekeras ini", keluh paman
"aku tak mengerti dengan gempa sekeras ini, aku akan mati. Akan tetapi jembatan tua ini cukup kokoh. Kupikir kita sangat beruntung.."
"Yeah, kupikir uga begitu" sahut paman Bent

Tak terasa waktu telah petang, langit jeamsville malam itu tampak indah dengan siluet senja bertabur bintang-bintang yang kalah terang. Awan berhembus makin dingin, lampu-lampu kota terlihat dari sebrang hutan.
Waktu beranjak malam, Josh tak tahan dengan dinginnya malam itu. Segera setelah makan malam, Josh bergegas menuju kamar kemudian berbaring diatas ranjang. Tak terasa Josh mengenakan dua selimut sekaligus, selimut yang menurutnya tak cukup besar. Malam itu hujan deras menemani lelapnya tidurnya yang kelelahan.

Hingga tiba-tiba, lemparan batu kerikil mengetuk jendelaku beberapa kali. Mata Josh tersentak terbuka, mencoba mencari tahu siapa yang melempar batu kerikil ke arah jendela kamarnya. Josh mengusap jendela yang berembun itu dengan lengan bajunya, kemudian mendekatkan kedua tangan disamping mukanya yang menempel kaca jendela.

"Oh tidak, itu gadis berkerudung yang kulihat tadi siang ", ucap Josh yang kaget melihat gadis berkerundung hitam itu berada di halaman belakang yang berbatasan dengan Hutan Gladier. Gadis itu melihat ke arah jendela kamarnya, akan tetapi wajahnya tersamarkan oleh bayangan Hutan malam itu.. Dibelakang gadis itu ada beberapa sosok bayangan manusia yang tak Josh kenal. Pakaian mereka compang-camping dengan wajah yang rusak dan sangat pucat, seketika gadis itu mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi hingga kemudian ada cahaya yang muncul dari tongkat gadis itu.Seluruh sosok bayangan itu menghilang satu persatu dalam kegelapan, cahaya tersebut sangat menyilaukan. Seketika itu gadis tersebut mengayunkan tongkatnya ke arah jendela. Josh yang terheran-heran melihat ada tulisan yang terbentuk dari embun.

JOSH, DATANGLAH KE HUTAN INI SENDIRI. MAKANLAH KELOPAK TROMPH UNGU SEBELUM KAU PERGI KESINI. ADA YG INGIN KUCERITAKAN PADAMU. SAMPAI BERTEMU LAGI BEARDY

"SEEYABEARDY?", Josh bertanya-tanya maksud dari kata-kata itu gadis itu apa.
Gadis itu menghilang perlahan-lahan tenggelam dalam bayangan hutan. Tak lama kemudian hujan malam itu berhenti, rasa ngantuk Josh kembali pada keadaan semula. Rasa penasaran Josh tergantikan oleh kantuk yang kuat. Josh tidur terlelap malam itu.

Besok paginya, Josh bangun dan sarapan seperti biasanya bersama Bibi Celine. Ada sesuatu yang membuatnya sangat penasaran dengan kejadian tadi malam. Apakah itu mimpi atau nyata. Rasa penasarannya membuatnya segera mengunjungi paman Bent yang ada halaman belakang.

"Paman aku ingin bertanya sesuatu, apakah hutan ini memliki misteri tertentu? "
"Kenapa kau tertarik dengan misteri nak?"
"Maksudku tadi malam ada kejadian yang menurutku sangat aneh. Aku melihat ada gadis berkerudung hitam dari arah hutan sana dan melakukan sesuatu yang menurutku tak nyata", jawabku sambil menunjuk arah hutan
"Aku tak mengerti apakah gadis itu nyata atau dalam mimpi ?"
"Misteri? Orang-orang sering bertanya apa itu misteri. tapi tak banyak dari mereka yang peduli. Aku pikir kau terlalu lelah membantuku memetik anggur kemarin, kau terlalu lelah nak" jawab paman sangat bijak, sambil mengusap janggutnya dari atas ke bawah berulang-ulang..

Josh memikirkan hal tersebut, satu-satunya jawaban yang menurutnya masuk akal adalah tidak mungkin hal tersebut adalah mimpi. Dia dapat merasakan hal tersebut sangat nyata, hujan tadi malam berhenti dan tulisan di kaca.. Ya tulisan embun di kaca, segera josh berlari dari arah halaman belakang menuju kamar lotengnya, untuk melihat tulisan embun itu.

"Sudah kuduga, hal ini benar-benar nyata", josh masih terkagum-kagum dengan tulisan berembun yang masih membekas di kaca jendela.
"Gadis itu hebat sekali, mungkin dia menggunakan semacam sihir tertentu, mungkin dia ingin menunjukkan sesuatu yang hebat bagiku."
"Akan tetapi belum tau, siapa dia. Mungkin saja dia berbahaya, aku mungkin saja terbunuh karena kebodohanku masuk ke dalam hutan sendirian.", gumam Josh. Dalam hatinya
BEARDY, suatu kata yang cukup aneh tapi masih membekas di kepala JOSH.
"apa maksud dia memanggilku BEARDY? Hanya Jessica saja yang memanggilku Beardy", tangan Josh memukul meja, "Tak mungkin dia jessica!!"
Mengetahu bahwa gadis itu mungkin saja sepupunya, Jessica, Josh bergegas berlari menuju halaman depan rumah, mengambil kelopak bunga Tromph yang sengaja dia petik. Seketika itu dia langsung memakan kelopak bunga yang terasa pahit itu. Semept tersedak beberapa kali akhirnya Josh berlari ke dapur untuk meneguk sedikit air putih untuk menghilangkan rasa pahit di lidahnya.

"Tidak ada hal yang aneh terjadi pada tubuhku, semoga kelopak bunga itu tidak beracun dan membunuhku.", ucap Josh sambil memperhatikan tubuhnya.
Gadis itu mungkin saja menipu Josh, tapi tak ada yang bisa mengalahkan rasa penasaran Josh akan gadis berkerudung yang ditemuinya tadi sore. Josh menunggu di halaman belakang, sembari memperhatkan paman Bent yang berjalan pelan masuk menuju rumah. Ini saat yang tepat bagi Josh untuk masuk ke hutan sambil berlari. Josh berharap perjalanannya kali ini takkan lama.

Tak lama Josh sudah memasuki rimbunnya Hutan Gladier, keadaan disana sangat gelap. Josh membuat tanda di pohon untuk memastikan dia takkan tersesat. Sambil masuk ke dalam mencari gadis berkerudung itu, beberapa kali Josh berteriak memanggil Jessica. Hingga tak lama kemudian dia melihat sesuatu yang janggal dengan hutan itu. Ada pagar besar berwara emas mengelilingi Hutan itu, tingginya sekitar 5 meter memanjang ke seluruh hutan.
"bodoh sekali ada orang yang sengaja membuat pagar sebagus ini ditengah hutan.", ucap Josh sambil mengelus pagar.

Tiba-tiba terdengar dari arah dalam pagar muncul beberapa sosok manusia yang berwajah masam, pakainannya compang-camping dan darah mengalir di seluruh wajahnya. Tangan menjuntai ke angkasa, seperti zombie-zombie di TV. Mereka bersuara aneh sekali, parau dan dalam bergumam seperti ingin membunuhnya.
Josh teringat mengenai kisah hantu yang sering diceritakan ayahnya, yang menurut ayahnya selalu berpenampilan menyeramkan dan berusaha melukai manusia.
Seketika Josh mengambil tongkat kayu yang ada di sampingnya. Josh akan mempraktekan beberapa keahlian beladiri yang dia pelajari selama di sekolah. hantu-hantu bodoh itu akan segera dihajarnya.

"Hai Josh", tiba-tiba dari arah samping kiri Josh ada suara wanita yang tidak dia kenal.
"ini aku Jessica", wanita itu membuka kerudung hitamnya, terlihat raut wajahnya mirip bibi Celine, hanya saja jauh lebih muda. "kupikir kau tak perlu menggunakan tongkat itu, Deadman tak akan melukaimu.", ucap Jessica, telunjuknya mengarah kepada sekumpulan Deadman yang terpental setelah menyentuh pagar emas itu.

"kau yang melakukan semua itu?", tanya Josh
"bukan aku, tapi pagar itu melindungi kita dari Deadman, kita berada di area yang aman. Turunkan tongkat kayu yang kau pegang", jawab Jessica
"Kau mungkin saja Deadman, tak  mungkin aku mempercayaimu sebagai Jessica, sepupuku yang telah mati sekian lama", jawab Josh yang mengangkat tinggi-tinggi tongkatya

Jessica tersenyum, wajahnya terlihat cukup pucat. "Kau tahu Josh, aku tak pernah kalah darimu ketika bermain ular tangga, aku kalah sekali di saat permainan terakhir kita, saat itu kau pergi pulang ke kotamu di SunCloud".

Josh yang hampir tak percaya, memeluk seketika sepupunya yang telah lama menghilang. Dia rindu sekali,
"Kenapa kau pergi begitu lama? kami semua merindukanmu", ucap Josh yang sedikit menahan tangis harunya,
"Aku tidak pergi, aku disini menunggu kalian mengunjungiku. Tapi tak pernah ada satupun dari kalin mengunjungiku disini", jawab Jessica dengan nada yang tenang "tapi semua sudah berakhir, kau berhasil menemukanku"
"Kupikir juga begitu", josh menarik pelukannya dari Jessica.

"Josh, aku membutuhkanmu saat ini. Ada hal yang harus kulakukan tapi  aku tak mampu melakukannya sendiri"

"Apa yang akan kau lakukan jessica?"
"Aku akan menyelamatkan hutan ini dan Jeamsville, tapi dengan keadaaanku sekarang aku takkan mampu melakukannya sendiri. Kemampuanmu akan sangat kubutuhkan"

Seketika tangan Jessica menarik tangan Josh, kemudian berlari menuju ke arah dalam hutan Gladier, menembus semak-semak yang semakin dalam..

Bersambung.......





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hilang di Kebun Binatang Bandung | Ketemu pahlawan

Baiklah kali ini saya mau bercerita mengenai pahlawan. Suatu hari aku pernah  bertanya ke temanku namanya si Hermawan, 'What is hero? &#...