Senin, 09 Februari 2015

[Monolog] Tersesat

Tararaaa... here i am. Still standing like not doing anything (baca: lagi haroream). Jadi begini saya lagi ngeblogging sebagai cara untuk lagi menghabiskan waktu yang semakin terasa cepat. Emang bener kata Einstein dalam waktu itu ada hukum relativitas yang berlaku. Waktu yang saya habiskan oleh saya kali ini jauh lebih cepat dari beberapa waktu saya di masa lalu. *ngomong apeu

Jadi unek-unek saya kali ini sebagai seorang traveller yang lagi merantau, mencari arti hidup uang, cinta dan popularitas di tengah gemuruhnya ibukota. Everybody is traveller but not anyone realize it what it means.

Mungkin bukan cuman saya yang merasa kalau menjadi traveller itu mengasyikan sekaligus meng-asu-kan. Saya rindu kampung halaman sebagaimana saya rindu orang tua saya dan cinta saya yang terpendam di tanah tempat saya berada. Mereka bilang saya adalah bagian dari dunia. Simbiosis ini dibutuhkan oleh dunia karena saya ada untuk melayani, dan dunia ada untuk melayani saya dalam putaran yang tak kunjung berhenti. Endless circle.

Jadi pertimbangan yang saya pilih kenapa saya harus jadi traveller adalah saya pengen ide-ide dan mimpi saya di dunia ini terealisasi, yang mungkin tidak akan bisa berkembang di tanah kelahiran saya.

Tapi kalo orang lain merasa bahwa mereka lebih mementingkan uang dan jabatan. Saya orang yang termasuk not impressed at all, since all the big money give a big consequences. Kuantitas uang itu berbanding lurus dengan konsekuensinya. Hidup saya terlalu berharga untuk dipertaruhkan seperti itu. 
Saya sebut mereka itu money traveller... They are slave to the money, forget what they really want to and always exhausting by their needs.

Sedangkan saya termasuk time traveller. Everybody is time traveller, but not anyone realize it. Saya sadar saya lebih menikmati 16 jam dari 24 jam saya untuk mengarungi mimpi dan merealisasikannya, ketimbang 8 jam saya tersesat dalam rutinitas kantor yang menjemukkan. Dimana mimpi saya harus jadi slave mereka-mereka yang bahkan tidak mengerti apa artinya potensi yang saya punya, dan soft skill saya yang unik. Untuk saya, arti penerimaan semacam ini sangat penting meskipun mereka bilang pekerjaan itu memerlukan pengabdian, saya bilang mimpi dan waktu saya lebih penting. Dua idealisme yang bersinggungan dalam 1 atap.

Dan traveller yang ketiga, saya bilang ini passion traveller. Mereka mempertaruhkan hidup mereka pada hal yang membuat mereka paling bersemangat dalam hidupnya. It always amaze me when someone tell me, they are already met their passion.  Even they had lil' money, they still happy. I'm so happy to hear that.


Jadi semua pilihan itu dalam menjadi traveller itu memiliki konsekuensi, benar atau salah, semua hanya perspektif yang  bergantung pada penerimaan diri kita pada segala resiko. Mereka bilang itu adalah konsep legowo dan syukur, saya setuju.

Tapi memang yang namanya mimpi yang besar tidak bisa kamu pertaruhkan tanpa memperhatikan segala macam konsekuensi. Bisa saya bilang everything is worthed trying dengan mempertaruhkan hidup kita untuk hal yang kita sukai demi menggapai kepuasan hidup yang selaras dengan konsep-konsep nilai dalam hidup yang dianut.  Bagi saya, nilai-nilai itu kebebasan, tanggung jawab dan kreativitas tak terhingga.

Ketiga nilai ini masih bisa saja berubah, karena i'm just human. Tapi seandainya dalam perjalanan ini saya tersesat, tak apalah saya jadi traveller tersesat dan tinggal di tempat dimana semuanya terasa asing, tapi saya akan menemukan berbagai tempat baru yang jauh lebih menyenangkan, dimana mimpi dan kaki ini akan menginjak lebih tinggi dan saya jauh lebih happy. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hilang di Kebun Binatang Bandung | Ketemu pahlawan

Baiklah kali ini saya mau bercerita mengenai pahlawan. Suatu hari aku pernah  bertanya ke temanku namanya si Hermawan, 'What is hero? ...