rintik-rintik air hujan tak kunjung reda
sayup-sayup terdengar deras alunan nada dalam cerita
kian terang akan sosok-sosok ternama
aku berada dalam kandang tak kunjung pulang
tak ingin ku bertanya tuk bercerita
hingga lupa memakai topeng arjuna
mungkin aku kecewa, entah mungkin sedang terbata-bata
aku mungkin sedang terpilih dalam galaksi andromeda
ingin ku renyuh dalam riuh gemuruh di ujung ombak
dalam lembayung senja ku meronta
ku tatap langit tersenyum dalam rona
inginku bermain ironi hingga tenggelam melentang dalam irama
kian jenuh mengumpat cerita
hingga ingin ku benci dunia dengan segala hinaan yang mendera
'aku himpunan semesta'
seleksi yang bermain dalam ruang dimensi
sekat-sekat rapat yang kian berjelaga
ingin ku lari ke padang
tak kunjung pulang
dalam himpunan semesta aku bersayap
aku terbang
kemana kau lari wahai jari-jemari
kau lupa tak beralas kaki
kita merapat dalam dunia tak berdimensi
merapat dalam mimpi
seolah aku ingin bercerita
tak ingin ku berdebat dalam opera
bukankah kita satu dalam jua
seandainya aku tak dalam irisan tak berfenomena
apakah kau lupa?!
Minggu, 09 Juni 2013
Selasa, 04 Juni 2013
Menulis dengan Syarat
Hmm,.. Pernahkah kamu mendengar slogan, 'Sebagai warga negara yang baik, selain membaca kamu diwajibkan untuk bisa menulis..' Semboyan yang sama sekali tidak saya mengerti.,
Pertama kalinya saya belajar menulis, saya menulis sajak/puisi untuk wanita yang saya suka. Tapi apa daya, kadang inspirasi muncul begitu saja dan menghilang. Mungkin saya harus menulis lebih banyak, menceritakan hal-hal yang orang sama sekali tidak tahu.
Kemudian semboyan ini kembali meruak, ketika saya menempuh pendidikan tinggi di salah satu universitas negeri. Dosen saya berpesan, 'mulai dari sekarang kalian sebagai mahasiswa wajib membaca segala materi kuliah yang diperlukan, kemudian menuliskannya ke dalam catatan kalian sendiri. Universitas negeri sebelah saja banyak kok yang pintar membaca tapi tidak bisa menulis', ucapnya saat itu.
Maka saya pun menulis dan kemudian menulis banyak cerita yang kemudian saya tahu, saya ingin terus menulis seperti iini dan itu. Saya mulai menulis banyak sajak yang saya suka, tentang semangat orang-orang yang saya temui. Tentang kesedihan mereka yang saling mencintai. Tentang ironi yang terkadang berperang bersama realita. Saya tidak pernah tahu sampai kapan saya akan terus menulis sajak. Hanya saja saya ingin agar sajak yang tulis mengandung emosi yang saya dapatkan di hari itu.
Kemudian coba belajar menulis fiksi, tapi tak semudah kenyataannya. Cerita fiksi membutuhkan gaya imajanisasi dan inspirasi yang luar biasa. Bagaimana kamu bisa menciptakan berbagai karakter yang sangat unik dan menarik dengan gaya yang berbeda. Semua butuh observasi sebelum menulis fiksi.
Kemudian saya mencoba menulis cerita cinta, wah untuk urusan ini saya benar-benar pangling dan susah. Karena kebanyakan orang yang menulis cerita fiksi cinta itu adalah wanita. Sedangkan penggunaan sudut pandang lelaki pada cerita cinta itu biasanya sangat sedikit. Entah kenapa saya sedikit mengurungkan niat untuk menulis cerita cinta. Mungkin saya belum mendapatkan feel untuk menulis cerita cinta padahal inspirasi begitu luar biasa banyak dalam kepala. Akan tetapi menulis itu butuh jiwa.
Ada kalanya, pada saat stuck saya lebih suka membaca buku-buku karangan P. Coelho atau buku karangan B. Mull. Untuk saat ini saya butuh lebih banyak buku dengan gaya naratif yang berbeda. Mungkin saya harus terus survei banyak buku. Namun kadang uang adalah kendala yang luar biasa untuk sedikit ilmu yang tertanam dalam tumpukan kertas buku. Saya wajib berusaha.
Kembali ke semboyan, 'Sebagai warga negara yang baik, selain membaca kamu diwajibkan untuk bisa menulis..'. Mungkin sampai sekarang saya belum paham makna dari cerita itu, tapi menulis adalah bagian dari hidup saya sekarang. Mungkin suatu hari nanti buku saya akan terbit di toko buku itu. Dan ide-ide gila saya dalam memahami kehidupan bisa tertular pada orang lain. Saya ingin menjadi inspirasi mereka!
Pertama kalinya saya belajar menulis, saya menulis sajak/puisi untuk wanita yang saya suka. Tapi apa daya, kadang inspirasi muncul begitu saja dan menghilang. Mungkin saya harus menulis lebih banyak, menceritakan hal-hal yang orang sama sekali tidak tahu.
Kemudian semboyan ini kembali meruak, ketika saya menempuh pendidikan tinggi di salah satu universitas negeri. Dosen saya berpesan, 'mulai dari sekarang kalian sebagai mahasiswa wajib membaca segala materi kuliah yang diperlukan, kemudian menuliskannya ke dalam catatan kalian sendiri. Universitas negeri sebelah saja banyak kok yang pintar membaca tapi tidak bisa menulis', ucapnya saat itu.
Maka saya pun menulis dan kemudian menulis banyak cerita yang kemudian saya tahu, saya ingin terus menulis seperti iini dan itu. Saya mulai menulis banyak sajak yang saya suka, tentang semangat orang-orang yang saya temui. Tentang kesedihan mereka yang saling mencintai. Tentang ironi yang terkadang berperang bersama realita. Saya tidak pernah tahu sampai kapan saya akan terus menulis sajak. Hanya saja saya ingin agar sajak yang tulis mengandung emosi yang saya dapatkan di hari itu.
Kemudian coba belajar menulis fiksi, tapi tak semudah kenyataannya. Cerita fiksi membutuhkan gaya imajanisasi dan inspirasi yang luar biasa. Bagaimana kamu bisa menciptakan berbagai karakter yang sangat unik dan menarik dengan gaya yang berbeda. Semua butuh observasi sebelum menulis fiksi.
Kemudian saya mencoba menulis cerita cinta, wah untuk urusan ini saya benar-benar pangling dan susah. Karena kebanyakan orang yang menulis cerita fiksi cinta itu adalah wanita. Sedangkan penggunaan sudut pandang lelaki pada cerita cinta itu biasanya sangat sedikit. Entah kenapa saya sedikit mengurungkan niat untuk menulis cerita cinta. Mungkin saya belum mendapatkan feel untuk menulis cerita cinta padahal inspirasi begitu luar biasa banyak dalam kepala. Akan tetapi menulis itu butuh jiwa.
Ada kalanya, pada saat stuck saya lebih suka membaca buku-buku karangan P. Coelho atau buku karangan B. Mull. Untuk saat ini saya butuh lebih banyak buku dengan gaya naratif yang berbeda. Mungkin saya harus terus survei banyak buku. Namun kadang uang adalah kendala yang luar biasa untuk sedikit ilmu yang tertanam dalam tumpukan kertas buku. Saya wajib berusaha.
Kembali ke semboyan, 'Sebagai warga negara yang baik, selain membaca kamu diwajibkan untuk bisa menulis..'. Mungkin sampai sekarang saya belum paham makna dari cerita itu, tapi menulis adalah bagian dari hidup saya sekarang. Mungkin suatu hari nanti buku saya akan terbit di toko buku itu. Dan ide-ide gila saya dalam memahami kehidupan bisa tertular pada orang lain. Saya ingin menjadi inspirasi mereka!
Langganan:
Postingan (Atom)
Hilang di Kebun Binatang Bandung | Ketemu pahlawan
Baiklah kali ini saya mau bercerita mengenai pahlawan. Suatu hari aku pernah bertanya ke temanku namanya si Hermawan, 'What is hero? ...
-
"Tidaaaaak...... ", adalah kata pertama yang saya ucapkan ketika saya kehilangan bracket behel yang menempel di gigi saya akibat c...
-
Alhamdulilah, akhirnya keinginan saya untuk memasang bracket telah terpenuhi. Setelah 9 tahun lamanya menabung, berusaha dan berdoa, akhirny...
-
Kali ini saya akan me-review sedikit tentang salah satu laptop kesayangan saya yang terhitung cukup baru, yaitu laptop Samsung NP300E4X-T02...